Menjadi Leader Dengan Menjadi Follower - Kita Wisuda (Produk & Jasa)
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi Leader Dengan Menjadi Follower

Suatu kepemimpinan hanya akan efektif lewat kemampuan mereka (pemimpin) dalam menghadapi pengikut.

Seorang pemimpin tidak bisa hanya menuntut pengikutnya untuk bersikap atau berperilaku tertentu sebelum Ia sendiri memberi contoh. Para pengikut akan selalu meniru sikap dan perbuatan para pemimpin mereka.

Seorang pemimpin harus memodelkan kepemimpinan yang diinginkan, karena hal ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan iklim yang kondusif.

Seorang leader juga harus bersikap aktif, membangkitkan aktivitas produktif, serta mendorong, menciptakan, dan memimpin perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin harus menjadi agen perubahan, bukan hanya bagi organisasi, tetapi juga bagi lingkungannya.

Lebih jauh, sikap seorang pemimpin yang dibarengi dengan atmosfir positif dalam suatu organisasi dapat mendorong orang-orang untuk mencapai hal-hal besar. Dengan atmosfir positif, seorang pemimpin akan terlihat lebih baik dan kinerja pengikut akan meningkat.

Sayang sekali, sebagian pemimpin tidak menyadari pentingnya menciptakan iklim kondusif ini guna mencapai tujuan organisasi.


Dalam laporan yang ditulis Kim Peter, dosen psikologi organisasi dari Universitas Queenland, dan Alex Haslam, prof psikologi dari universitas yang sama, tertulis bahwa ketimbang berusaha menonjol di antara para pengikut, para calon pemimpin lebih dituntut agar menjadi pengikut yang bersahabat, yaitu dengan memastikan bahwa mereka pun mau bekerja di dalam kelompok.

"Orang-orang akan lebih efektif sebagai pemimpin bila sifat mereka menunjukkan bahwa mereka "salah satu dari kita" atas dasar nilai, kepedulian, dan pengalaman yang sama, serta bekerja untuk kita, dengan cara berusaha memajukan kepentingan kelompok ketimbang kepentingan pribadi," tulis laporan itu.

Lebih lanjut, Peters dan Haslam turut melakukan penelitian berdasarkan rekrutan baru anggota Royal Marines yang melakukan pelatihan elit. Menariknya, mereka yang menganggap dirinya pengikut dipandang lebih memiliki potensi kepemimpinan oleh komandan.

Para evaluator yang menyaksikan langsung kapasitas anggota telah melihat potensi kepemimpinan pada mereka yang justru memandang diri sebagai pengikut. Sebaliknya, ternyata mereka yang memandang dirinya sebagai pemimpin alami, justru gagal meyakinkan kawan-kawan mereka mengenai itu.

Dengan demikian, Peters dan Haslam menyimpulkan bahwa "pemimpin" yang berjarak dari kelompok akan mengalami kegagalan, bukanlah kesuksesan.

Di beberapa studi kasus, biasanya ada anggota organisasi memiliki kinerja yang kurang baik karena melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Efeknya, kapasitas kepemimpinan pun akan turun, dan menghalangi kemauan pengikut untuk mengikuti.

Salah satu keputusan sulit seorang pemimpin adalah berkaitan dengan kinerja buruk para pengikutnya. Tanpa kepengikutan (followership), kepemimpinan (leadership) bukanlah apa-apa," tulis Harvard Business Review.

Memberhentikan seseorang yang berkinerja buruk, dan menggantinya dengan mereka yang menunjukkan kinerja lebih baik sangatlah penting. Pemimpin yang cerdas akan mengambil pilihan yang juga cerdas. Pemimpin yang tidak mampu mengatasi masalah ini akan merusak kualitas organisasi dalam mencapai tujuan.

Pemimpin tidak boleh hanya bersikap pasif menunggu terjadinya perubahan, melainkan menjadi pemain yang menentukan arah perubahan sehingga mampu menciptakan lingkungan dengan iklim baru.

Ada anggapan, untuk menjadi pemimpin, justru harus bersikap layaknya pemimpin dan menonjol stabiliser berbeda dari 'pengikut.' Ternyata, anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Alhasil organisasi malah akan tumbuh negatif.

Dosen saya pernah bilang bahwa pemimpin yang berhasil itu adalah pemimpin yang mampu meningkatkan kualitas organisasi setelah masanya usai. Jika kepemimpinan berikutnya lebih baik dari dirinya, justru itulah keberhasilan sesungguhnya.

Hal ini bertentangan dengan cara berpikir kebanyakan orang, bahwa Kepemimpinan si A lebih baik dibandingkan si B. Padahal jka demikian, maka sejatinya A telah gagal meski sekilas tampak berhasil dalam memimpin, karena Ia tidak mampu melanjutkan tongkat kepemimpinan kepada generasi berikutnya.

Kesimpulannya, pemimpin itu berperan penting untuk melahirkan pemimpin lainnya meskipun setelah masanya berakhir, bahkan lebih baik dari dirinya, bukan semata-mata hanya melahirkan pengikut setia.


Oleh: Agam Wisesa (CV Kita Wisuda)

Posting Komentar untuk " Menjadi Leader Dengan Menjadi Follower"