Filosofi Ikan yang Merubah Dunia - Kita Wisuda (Produk & Jasa)
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Filosofi Ikan yang Merubah Dunia

Theodore Roosevelt, mantan presiden Amerika serikat selalu bertanya kepada orang-orang atau menggali informasi terlebih dahulu mengenai apa yang menjadi minat dan kegemaran dari orang-orang yang akan Ia ajak bicara.

Kita tahu bahwa filosofi memancing ikan beliau sering dijadikan pedoman bahkan hingga kini. Bahwa jika kamu ingin mendapatkan ikan, maka siapkan umpan yang menarik buat ikan tersebut.

Teori ini sering dibahas dalam buku David Schwartz dan Dale Carnegie. Kamu pasti tahu judul masing-masing buku tersebut. Secara tuh buku terjual lebih dari 15 juta eksemplar, dicetak berkali-kali dan diterjemahkan lebih dari 30 bahasa (saya punya cetakan pertamanya lho btw Hehe).

Terutama kita yang pernah ikut seminar MLM (pasti pernah sih) karena jebakan teman macam Tianshi, Melia Biyang, dan CNI yang sekarang entah kemana, pasti 2 buku tersebut jadi bahan rekomendasi. 😁

Nah, bayangkan kita memancing ikan dengan umpan yang tidak menarik perhatian, maka hasilnya pun hanyalah kesia-siaan. Kucing pun tidak akan mendekat kecuali kita kasih mereka tuna alih-alih kita kasih mie instan.

Pertanyaannya adalah, seberapa jauh dan paham kita terhadap orang yang akan kita ajak bicara?. Lupakan dulu syarat kepentingan dan pilih-pilih orang. Karena semua orang memiliki banyak kelebihan sekaligus kelemahan.

Mungkin saja kelebihan si A akan bisa ditutupi dengan kelemahan si B. Pun sebaliknya. Jadi bersikaplah hangat dan akrab dengan semua orang secara tulus dan tanpa niatan aneh-aneh apalagi niat jahat dan menzhalimi.

Banyak motivator menyarankan agar kita selektif dalam memilih teman karena berkaitan dengan pengaruh buruk dan baik yang akan diterima oleh kita.

Yaph mungkin itu benar. Tapi tidak sepenuhnya benar. Nabi tidak mungkin menyuapi makan si buta yahudi setiap hari kecuali atas dasar kemanusiaan, padahal mungkin ada juga muslim lain yang buta lapar sebagaimana si yahudi.

Pada prinsipnya semua orang punya value, besar atau kecil valuenya itu perkara lain. Seorang remaja tidak bisa hanya ramah dan baik dengan gadis cantik dan menarik, melainkan harus semua gadis jika ingin kehidupan pergaulan wanitanya bagus.

Dengan kita memahami bahwa semua orang memiliki value, ini berarti bahwa semua orang itu "seharusnya" penting. Kita tidak tahu bahwa suatu hari nanti kita akan butuh dia (mungkin tidak saat ini).

Bagaimana pun rasa dekat, hangat, dan akrab selalu lebih menyenangkan daripada rasa benci dan sebal. Mana ada sih orang yang mau hidupnya punya banyak musuh?. Pastinya Ia tidak akan tenang dan damai.

Dalam diskursus psikologi, memang ada beberapa orang yang sepertinya tidak cocok dengan kita, seolah kita mau ngapain pun tetap tidak nyambung dan susah akrab, tapi itu pun tidak berarti kita harus bermusuhan dengannya bukan?

Minimal kita telah menunjukkan value yang lebih baik ketika mencoba lebih untuk akrab dengan "si orang sulit tadi", daripada dia yang sudah paham ga cocok dan tidak pula berbuat banyak untuk mengakrabkan kita.

Jika kita bisa dan sudah melakukan itu, maka selamat Anda telah mencapai the next level dan telah menerapkan filosofi ikan diatas. Keuntungannya bagi kita akan terlihat baik jangka pendek maupun panjang.

Coba saja kita lihat keadaan orang-orang disekeliling kita entah keluarga, rekan bisnis, pertemanan, rekan kerja, dsb.

Perhatikan bahwa orang yang bersifat lebih mendengarkan, memberi "makanan ego" kepada lawan bicaranya, atau menarik lawan bicara agar semangat dan menggebu-gebu dalam percakapan (ibarat umpan pancing ikan), Biasanya hidupnya lebih asik dan unggul dibandingkan lawan bicaranya tadi. Betul kan?

Entah mereka lebih mapan, lebih sukses, relasi lebih luas, percintaan lebih baik, lebih sehat, lebih disukai, dll.

Budaya membaca tinggi
Jendela dunia terbuka lebar dengan membaca


Lihat saja, Theodore Roosevelt bisa terpilih jadi Presiden salah satunya karena terbukti mengaplikasikan filosofi ikannya, sedangkan mereka "si orang ikan" ya entah jadi apa.

Mungkin berhasil juga menjadi sesuatu (atau tidak). Namun yang jelas mereka bukanlah presiden Amerika serikat seperti Roosevelt. Nah kita minimal mungkin bisalah jadi Pak lurah. 👍

Dengan demikian, Kenapa kita tidak memilih untuk jadi si pemancing daripada ikan yang dipancing? Pilihan ditangan kita ko. Semua orang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. filosofi ikan yang merubah dunia tidak akan berlaku ketika egomu masih ikut bersatu.

Terus cari umpannya gimana? Ya cari sendiri dong.. zaman udah enak gini gaeess.

Posting Komentar untuk "Filosofi Ikan yang Merubah Dunia"