Everything Is Just a Phase, Sure? - Kita Wisuda (Produk & Jasa)
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Everything Is Just a Phase, Sure?

Suatu hari si Bambang (bukan nama sebenarnya) fell like nobody.. Ia merasa segala aspek kehidupannya tidak berjalan baik and he completely lost the way.

Meanwhile, si Beben (bukan nama sebenarnya) feel something powerfull.. Ia merasa segalanya berjalan dengan baik sesuai rencana. What a life!

Banyak cerita tentang hidup orang-orang yang memiliki perbedaan mencolok. Ada orang sepuh 78 tahun yang hidup dari pensiunan dan sakit-sakitan, sementara Joe Biden malah jadi presiden Amerika Serikat di usia yang sama.

Lalu, bagaimana fase yang sebenarnya terjadi diantara mereka?

Berangkat dari cerita kontradiktif antara Bambang dan Beben tadi, apakah mungkin jika one day hidup mereka berkebalikan suddenly? Entah 5 tahun mendatang, 10 tahun mendatang atau 20 tahun mendatang? Yes, you know the answer.

Sangat mungkin bahwa hidup mereka bisa berkebalikan, atau minimal si Bambang cukup bisa unggul dari si Beben dikemudian hari.

Is that possible when it's just a phase?. Sebelum membahas lebih jauh. Saya akan membuat analogi yang berangkat dari sebuah kebiasaan (habit).

Saat seseorang terbiasa disakiti pasangan dan patah hati, boleh jadi lama-kelamaan perasaan sakit tersebut menjadi vaksin tersendiri dan tidak lagi menjadi hal yang besar.

Namun jika seseorang selalu malang dalam kehidupan romansanya, ditolak berkali-kali dan disakiti dalam hubungan, maka itu tidak lagi merupakan sebuah fase, melainkan ada something wrong dari dirinya. In other words, ini sudah membentuk pola, bukan kebetulan.

Contoh lain, jika kamu ditipu orang dalam berbisnis berkali-kali, maka jangan salahkan mereka yang telah menipumu, mungkin kamu terlalu lugu hingga menjadi sasaran empuk untuk ditipu tapi kamu tidak sadar itu. And back again, itu bukanlah lagi sebuah fase melainkan pola.

Karena to be honest, kita ga butuh vaksinasi, tahan banting atau ketangguhan. All we need adalah kualitas pertanyaan demi pertanyaan dari rangkaian kejadian. That's it.

Ngapain kita kebal terhadap "penipuan dan "patah hati" (ini hanya 2 sampel dari sekian banyak kondisi yaph) kalau hal itu tidak mengupgrade kita kemana-mana, bahkan cenderung diam ditempat dan mengalami kemunduran.

Lebih parah lagi kamu mengamini dan memaklumi kondisi demikian yang jelas-jelas not comfort buat kamu, "yah gw mah udah biasa ko digituin, udah ga aneh jadi ga papa lah mw gmn lg". Trust me, its so dangerous.

Jadi daripada let yourself terjerembab karena pemakluman diatas, its better for you membuat daftar pertanyaan tajam, vital, dan strategis yang menjadi penyebab hingga menjadikannya sebuah pola/kebiasaan.

Nah disinilah poinnya. Fase adalah momen dimana kamu berjiwa besar mengakui kondisi yang terjadi secara fair, dan belajar lebih banyak darinya. Pembelajaran tersebut diawali dengan kualitas pertanyaan yang kamu ajukan terhadap diri sendiri.

Well, inilah fase yang sebenar-benarnya fase terbaik, dimana kamu memiliki momen menjawab dengan fokus dan seksama daftar pertanyaan-pertanyaan tadi, lalu mengaplikasikannya di real life. Its worth it dengan waktumu yang 24/7 itu.

Tidak perlu terjebak pada dikotomi "benar" dan "salah" suatu jawaban. Karena selain menghambat waktu kamu, toh dikotomi itu hanyalah persepsi. Jadi jawab saja secara lepas, jujur, dan apa adanya.

Okelah kamu boleh baca buku, menonton video, mendengarkan seminar terbaik atau apapun itu sebagai referensi. Namun tetap keputusan akhir ada di tanganmu (Remember bahwa pengalaman tiap orang berbeda-beda).

Yes.. and just do it everyday.. maka ga nyampe 2 tahun perubahan hidupmu akan terjadi dengan pasti, dan itu permanen not only temporary.

Kesimpulannya, Fase (terlepas dari fasenya apa) tidaklah semata-mata pasrah atau let it go lalu hanya berharap semua kan kembali normal dan berbalik (jangan-jangan harapan itu selalu jadi harapan). Itu adalah fase yang berlaku bagi para mentalitas lemah dan tidak memiliki gairah dalam menentukan arah.

Bambang (bukan nama sebenarnya) akan bisa memperoleh kehidupan lebih baik dari Beben (bukan nama sebenarnya) jika Ia lebih memilih "fase" dengan kualitas pertanyaan sebagaimana eksplanasi diatas. Dan terus terang saja, saya lebih suka menjadi Joe Biden alih-alih menjadi pensiunan yang sakit-sakitan diusia yang sama.

Apakah kamu mendukung Bambang untuk mengalahkan Beben? 

Everything Is Just a Phase, Sure?. 

yes absolutely, ketika fasemu tidak lagi habis oleh hal yang tidak manfaat.


Posting Komentar untuk "Everything Is Just a Phase, Sure?"