Faktor Keberuntungan, Benarkah wisuda pun demikian? - Kita Wisuda (Produk & Jasa)
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor Keberuntungan, Benarkah wisuda pun demikian?

Suatu ketika saya menonton pertandingan sepakbola tim favorit saya AC Milan, yang menurut saya bermain dengan baik melawan tim sekota Inter.

Beberapa kali menyerang dan mendominasi pertandingan, namun tidak berhasil mencetak gol. Dan tim lawan hanya mendapat satu kali peluang kecil dan langsung gol bahkan keluar sebagai pemenang.

Tidak adil, siapa yang menyerang siapa yang menang. Beberapa kali di pertandingan lain pun sama halnya, seperti semifinal liga Champions 2012 Barca vs Chelsea yang dimenangkan Chelsea. Padahal Barca sangat layak menang jika dilihat dari dominasinya.

Pernahkah kamu berjuang keras demi cinta namun yang terjadi si wanita malah makin menjauh dan kamu bukannya dihargai tapi makin diinjak-injak?.

Ironisnya, si wanita malah mendatangi pria yang seakan tidak berjuang sekeras kamu untuk cintanya, bahkan tidak melakukan apa-apa tapi dia yang mendapatkan cinta si wanita.

Mungkin kamu juga pernah lihat temanmu terus melamar pekerjaan kesana-kemari tapi belum juga menuai hasil yang diharapkan, sedangkan si Restu sekalinya ngelamar kerja langsung diterima, padahal itu pekerjaan yang kamu impikan.

Apakah semua memang faktor keberuntungan?, Benarkah?

Faktor Keberuntungan seolah memang ada jika melihat studi kasus diatas. Tapi jika hanya mengandalkan keberuntungan maka hidup kita akan selalu dalam bayang-bayang pertaruhan, dan itu tidak bijak sebenarnya. Kecuali kalau kita sungguh percaya diri, dan konsekuen dengan apa yang kita lakukan.

Setelah mencoba mengevaluasi lagi, ternyata sebenarnya semua pihak sama-sama berjuang. Namun titik keberhasilan tiap orang tidak selalu merefleksikan seberapa jauh perjuangannya. Boleh jadi momentumnya yang berbeda.

Inter terkesan beruntung bisa memenangkan pertandingan dengan performa minim, namun bagaimanapun mereka berjuang keras menahan serangan-serangan dari Milan hingga gawang mereka tidak kebobolan.

Temenmu mungkin berjuang memantaskan diri dan memperbaiki kehidupannya, sedangkan pria lainnya hanya berjuang memperoleh cinta si wanita yang menurutnya layak untuk diperjuangkan. Sama-sama berjuang, namun beda yang diperjuangkan.

Si Restu fokus mempersiapkan segalanya dengan matang sebelum mengikuti tes pekerjaan. Ia konsisten dengan suatu bidang pekerjaan yang diinginkan. Sedangkan temannya melempar jala pekerjaan kesana kemari dan tidak fokus, seakan tinggal lihat siapa yang nanti akan menerimanya bekerja dari semua jala yang Ia sebar.

Nah, ada aspek yang tidak kita ketahui dari suatu hasil yang seolah tampak tidak adil. Faktor persiapan yang maksimal dan matang seringkali terlupakan dalam hal ini. 

Boleh jadi Inter latihan dengan lebih keras dan lebih matang dalam mempersiapkan pertandingan dibanding Milan, meskipun saat pertandingan mereka menderita, toh hasilnya mereka memenangi pertandingan.

Persiapan maksimal dan fokus pada diri sendiri alih-alih hanya mengandalkan keberuntungan, maka hasilnya akan sesuai ekspektasi meski terkesan tidak adil saat kompetisi.

Barulah mindset saya berubah melihat studi kasus diatas, karena saya tidak tahu seberapa keras Inter mempersiapkan pertandingan tersebut melawan Milan. Entah durasi latihannya, porsi latihannya, variasi latihannya, keyakinannya, dan mentalitas para pemainnya.

Jangan-jangan saya hanya subjektif dan egois, karena hanya melihat dari jalannya pertandingan (ditambah saya fans fanatik Milan).

Bagaimana juga saya bisa tahu proses belajar dan memantaskan diri temenmu yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya, bahwa ternyata seluar biasa itu.

Saya juga tidak tahu seberapa keras Restu mempersiapkan lamaran kerjanya, pengorbanannya, ataupun buku-buku yang Ia baca, ditambah saya hanya mendengar dari pihak lain yang suka mengeluh karena tak kunjung mendapat pekerjaan yang diinginkan dan berkata "hidup ini tidak adil".

Sebagai catatan, orang yang diam, santai, dan tenang biasanya bekerja lebih keras dan mempersiapkan lebih matang lho, daripada mereka yang cerita panjang lebar merasa sudah bekerja keras untuk meraih keinginannya, padahal mungkin tidak sekeras itu perjuangan dan persiapannya.

Sebaliknya, mereka yang diam, santai dan tenang tadi mungkin justru sekeras dan seluar biasa itu perjuangan dan persiapannya. Hanya saja mereka tipe orang tidak suka pamer dan humble. You'll never know it.

Jadi yakinlah bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses, toh hasil juga tidak selalu tentang menang dan kalah dan tidak sependek itu.

Tidak ada sukses atau gagal, yang ada adalah sukses atau belajar kata Tung Desem Waringin.


Posting Komentar untuk "Faktor Keberuntungan, Benarkah wisuda pun demikian?"